Rabu, 16 November 2016

Landasan-landasan Bimbingan dan Konseling

Landasan-landasan Bimbingan dan Konseling

Landasan Filosofis
    Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa yunani : philos berarti cinta dan shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis kecintaan terhadap kebijaksanaan. Dengan kata lain, filsafat merupakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, seluas-luasnya, setinggi-tingginya, selengkap-lengkapnya, serta setuntas-tuntansnya tentang sesuatu. Tidak ada lagi pemikiran yang lebih dalam, lebih luas, lebih tinggi, lebih lengkap, ataupun lebih tuntas dari pada pemikiran filosofis.
    Pemikiran yang paling dalam, paling luas, paling tinggi dan paling tuntas itu mengarah kepada pemahaman tentang hakikat sesuatu. Sesuatu yang dipikirkan iu dikupas, diteliti, dikaji dan direnungkan segala seginya melalui proses pemikiran yang selurus-lurusnyadan setajam-tajam nya sehingga diperoleh pemahaman menyeluruh tentang hakiat keberadaan dan keadaan sesuatu. Hasil dari pemikiran yang menyeluruh itu selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk bertindak berkenaan dengan sesuatu yang di maksudkan itu.
    Begitu juga dalam pelayanan bimbingan dan konseling di harapkan meliputi serangkaian kegiatan atau tindakan yang semuanya di harapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran yang filosofis tentang yang bersangkut paut dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan pemikiran filosofis memungkinkan konselor menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap, lebih fasilitatif serta lebih efektif dalam penerapan upaya pemberian bantuan.
Beberapa pemikiran filosofis yang terkait dalam pelayanan bimbingan dan konseling:
1.    Hakikat manusia
Para tokoh tersebut mengupas dari sudut pandang psikologis, peri kehidupan manusia meliputi pola pikir, persepsi, kesadaran, kepribadian, moral, kemauan, kepercayaan, dan sebagainya.
Beberapa diantara deskripsi tersebut mengemukakan:
•    Manusia adalah makhluk rasional yang mapu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
•    Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, khususnya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
•    Manusia berusaha terus menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri, khususnya melalui pendidikan.
•    Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
2.    Tujuan dan  tugas kehidupan
        Adler (1954) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari kehidupan psikis adalah menjamin berlangsungnya eksistensi kehidupan kemanusiaan di atas bumi dan memungkinkan terselesaikanya dengan aman perkembangan manusia. Lebih jauh kesimpulan dari hasil study tentang ciri-ciri yang manusia hidupnya sehat,  Maslow (dalam witner dan sweeney,1922) menegaskan bahwa daya upaya yang keras untuk terciptanya hidup yang sehat cenderung terciptanya hidup yang sehat merupakan kecenderungan yang bersifat universal dalam kehidupan manusia. Dalam kaitan itu semua  witner dan sweeney,1922 mengajukan tentang suatu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup serta upaya mengembangkan dan mempertahankan sepanjang hayat. Kedua pemikiran tersebut mengemukakan ciri-ciri hidup sehat sepanjang hayat dalam lima kategori:
a)    Spiritualitas
Dalam kategori ini agama sebagai sumber inti bagi hidup sehat.agama sebagai sumber moral, etika, dan aturan-aturan formal berfungsi untuk melindungi dan melestarikan kebenaran dan kesucian hidup manusia.
b)    Pengaturan diri
Seseorang yang hidup sehat akan mampu mengkoordinasikan hidupnya dengan pola tingkah laku yang bertujuan, tidak sekedar acak atau seadanya, melalui pengarahan, pengendalian, dan pengelolaan diri sendiri demi peningkatan dirinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
c)    Bekerja
Dengan bekerja seseorang akan memperoleh keuntungan secara ekonomis,psikologis dan keuntungan sosial.sebaliknya seseorang yang tidak mau atau tidak mampu bekerja biasanya adalah orang yang kurang berani menghadapi tantangan untuk mencapai kebahagiaan hidup.
d)    Persahabatan
Persabatan merupakan hubungan sosial baik antar individu maupun dalam masyarakat secara lebih luas yang tidak melibatkan unsur-unsur perkawinan dan keterkaitan ekonomis.


e)    Cinta
Dengan cinta hubungan seseorang dengan orang lain cenderung amat lebih intim, salingg mempercayai, saling terbuka, saling bekerja sama, dan saling berkomitmen yang kuat.
Landasan Religius
    Dalam pembahasan tentang landasan religius bagi layanan bimbingan dan konseling perlu ditekankan tiga hal pokokyaitu :
1)    Keyakinann bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk ciptaan tuhan
2)    Sikap yang mendorong perkembangan dan peri kehidupan manusian berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
3)    Upaya yang memungkinkan berkembang dan di manfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya ( termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu.
Landasan Psikologis
Psikologim merupakan kajian dari tingkah laku individu. Landasan psikologi dalam bimbingan dan konseling memberi pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku klien yang perlu di ubah atau di kembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinnya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang di kehendakinya.
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu di kuasai yaitu tentang :
1)    Motif dan motifasi
2)    Pembawaan dasar dan lingkungan
3)    Perkembagan individu
4)    Kepribadian
Landasan Sosial Budaya
    Salah satu dari dimensi kemanusiaan itu adalah dimensi kesosialan. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri. Dimana pun dan bilamana pun manusia senantiasa membentuk kelompok hidup terdiri dari sejumlah anggota guna menjamin baik keselamatan,perkembangan, maupun keturunan. Dalam kehidupan berkelompok itu manusia harus mengembangkan ketentuan yang mengatur tentang hak dan kewajiban masing-masing individu sebagai anggota demi ketertiban pergaulan sosal mereka. Ketentuan itu biasanya berupa nilai, norma sosial maupun pandangan hidup yang terpandu dalam sistem budaya yang berfungsi sebagai rujukan hidup para pendukungnya.Rujukanitumelebihi proses belajar di wariskankepadagenerasipenerus yang akanmelestarikannya. Karenaitumasyarakatdankebudayaannyaitusesungguhnyamerupakanduasisimatauangdarisatumatauang yang sama (budhiSantoso, 1992), yaitusisigenerasituasebagaipewarisdansisigenerasimudasebagaipenerus.
LandasanIlmiahdanTeknologi
    Pelayanabimbingandankonselingmerupakankegiatan professional yang memilikidasar-dasarkeilmuan, baik yang menyangkutteori-teorinya, pelaksanaaankegiatanyamaupunpengembangan-pengembanganpelayananitusecaraberkelanjuan.
1.    KeilmuanBimbingandanKonseling
Dengandemikianilmubimbingadankonselingadalahberbagaipengetahuantentangbimbingandandankonseling yang tersusunsecaralogisdansistematik.Sebagailayaknyailmu-ilmu yang lain, ilmubimbingandankonselingmempunyaiobjekkajiansendiri, metodepengendalianpengetahuan yang menjadiruanglingkup, dansistematikapemaparannya.
Objek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang di berikan kepada individu yang mengacu pada empat fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, pengentasan, pemeliharaan/pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling dapat di gunakan berbagai cara/ metode seperti pengamatan, wawancara, analisis, document (riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur teks penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai objek kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan konseling.
2.    Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
        Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial,artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu evaluasi dan statistik memberikan pemahaman dan teknik-teknik. Hal itu sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.
3.     Pengembangan Bimbingan dan Konseling Melalui Penelitian
        Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat di kembangankan di belakang meja, melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji di dalam praktek ialah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatika hasil-hasil penelitian di lapangan. Dengan demikian melalui penelitian suatu teori dan praktek bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan atau keefektifan/keefisienanannya di lapangan.
Landasan Pedagogis
        Setiap masyarakat tanpa terkecuali senantiasa menyelenggarakan pendidikan denga berbagai cara dan sarana untuk menjamin kelangsunga hidup mereka. Boleh dikatakan bahwa pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal yang berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial (Budi Santoso, 1992).
1). Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu: bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan.
    Pendidikan adalah upaya memausiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan memperkembangkan dimensi keindividuannya, kesosialannya,kesusilaannya
2). Pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling
    Bimbingan dan konseligng mengembangkan proses belajar yang di jalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan bimbingan dan konseling secara meluas di amerika serikat.
3). Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling
    Tujuan bimbingan dan konseling di samping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal ini dapat di mengerti karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karir, kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial, semua untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Borders dan drury, 1992)
                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar